Pages

Friday, 23 June 2017

Pakaian Termahal Di Sabah

Pakaian termahal di Sabah.

Mungkin pakaian tradisi Dusun Lotud merupakan pakaian termahal sekali di Sabah kerana kainnya yg bersulam benang emas dan perhiasan yg sangat banyak menghiasi. Pakaian super mahal yg mirip pakaian raja-raja zaman dulu kala ini, kalau complete and original bole mencecah berbelas dan berpuluh ribu ringgit. Dalam beberapa catatan penjelajah-penjelajah British yg terawal ada menyebut mengenai kekayaan para pemimpin Dusun di beberapa kawasan d Sabah ketika itu. Spencer St. John (1856:346) misalnya mencatat mengenai kekayaan seorang tokoh Dusun Lotud d Tamparuli yg bergelar "Datu". Beliau dikatakan memiliki harta kekayaan yang sangat mewah dan bernilai tinggi seperti pakaian dr sutera, pakaian tenunan dari benang emas dan sangat banyak perhiasan emas.

Di antara tokoh Dusun yg terkenal d Tamparuli ketika itu digelar Dato Benawah, di Tuaran pula ada tokoh Dusun yang digelar Dato Degadong dan beberapa tokoh Dusun yg bergelar Dato dan Datu di sekitar Kota Belud sampai ke Membakut jg memiliki kekayaan yg luar biasa. Bahkan menurut catatan Frank Hatton pada tahun 1882 ada tokoh2 ini yg menyimpan banyak hamba abdi sebagai pekerja yg dibeli dr pedagang Sulu. Orang Kaya Degadong seorang pedagang n tokoh Dusun dr Ranau dikatakan memiliki belasan hamba abdi yg berkerja d rumah dan ladangnya. Pada zaman Brunei, kesultanan Brunei cuba mengontrol suku-suku peribumi Sabah dgn memberikan mereka gelaran Datu dan Dato serta Orang Kaya, sebenarnya tidak lain hanya utk mengontrol suku-suku tersebut melalui ketu-ketua suku kaum yang dianggap berpengaruh d satu kawasan.

Yang menariknya, menurut catatan Spencer St. John, meskipun tokoh-tokoh ini diberikan gelaran kebesaran oleh Sultan Brunei, tapi banyak daripada mereka yang tidak berada di bawah kekuasaan Brunei. Spencer St. John dalam bukunya yang sama iaitu "Life in the Forest of the Far East Vol.1" yang dipublish tahun 1862 mencatat mengenai suku-suku Idaan (Dusun) di Sabah terutama yang menetap di kawasan hulu sungai sampailah ke pedalaman, bebas dari kekuasaan Brunei. St. John melakukan dua ekspedisi di Gunung Kinabalu antara tahun 1856-1858, bersama Sir. Hugh Low. Mereka mendapati suku-suku Dusun (Idaan) yang ada di kawasan Pantai Barat tidak berada di bawah Brunei, meskipun beberapa ketua suku Dusun di sana bergelar "Datu" dan "Dato." - Aki Rumantai, 2017

-------------------------------------------------------------------
Sumber gambar: Aki Rumantai FB

No comments:

Post a Comment